Text
Komunikasi dan media dalam pusaran COVID-19 : kritik, tantangan, dan solusi
Pandemi COVID-19 benar-benar telah mengubah cetak biru praktik komunikasi. Seminar yang biasanya dilakukan secara luring, tiba-tiba menjadi daring. Dalam komunikasi interpersonal, kita tidak bisa lagi berada di jarak yang dekat. Jarak sosial yang menjadi metode pencegahan penyebaran virus COVID-19 menjadikan kita harus menjaga jarak. Kerumunan yang menjadi fenomena dalam komunikasi kelompok juga harus menjaga jarak, bahkan lebih baik ditiadakan. Hal ini bisa kita lihat dengan fenomena kuliah yang biasanya dilakukan di kelas secara luring, tiba-tiba menjadi daring. Lebih dari itu, pandemi ini menyulitkan kita untuk terhindar dari sebuah opini publik yang saat ini terbelah menjadi dua titik ekstrem. Di satu sisi telah tercipta opini bahwa virus ini memang riil adanya, untuk diantisipasi, diperangi, dan harus ada tindakan nyata untuk melawannya. Namun di sisi lain, masih ada kelompok yang menganggap bahwa virus ini hanyalah sebuah 'agenda politik' raksasa. Mereka menyebutnya konspirasi. Manifestasi sikap dan tindakan dari dua pihak yang berbeda opini ini sangat nyata dalam kehidupan sehari-hari. Opini ini tersebaran di berbagai media dan tentunya memengaruhi bahkan mengubah perilaku masyarakat dalam bersikap. Semua melihat dengan mata kepala masing-masing bahwa grafik angka sebaran pasien COVID-19 belum melandai sama sekali. Ini irani komunikasi. Ada sebuah ketidaknormalan terkait dengan konstruksi pesan, berikut hasil yang muncul sebagai gambaran resepsi audiens dan netizen yang beragam.
Seluruh ironi komunikasi itulah yang berhasil direkam, disusun, dan diungkapkan oleh buku ini. Tidak hanya menghadirkan episode sejarah, namun buku ini juga memiliki semangat untuk mengubah ironi kehidupan di tengah pandemi dengan solusi-solusi dalam konteks ilmu komunikasi.
Tidak tersedia versi lain