Text
Etika jurnalis: analisis kritis terhadap pemberitaan media
Manusia sebagai makhluk yang saling ketergantungan antara satu dan yang lain (interdependensi) memerlukan untuk berkomunikasi. Lewat komunikasi manusia dapat menyampaikan isi hatinya yang tidak lain adalah kebutuhan manusia itu sendiri. Komunikasi islami mewajibkan manusia untuk menyampaikan sesuatu berdasarkan kebenaran bukan kebohongan (hoax). Buku yang ditulis oleh adinda Drs. Muzakkir, M.A. ini cocok dan sangat layak untuk dibaca sehingga dapat menambah wawasan dalam adab-adab berkomunikasi yang islami.
Jurnalis Muslim dituntut berkonsentrasi pada sintesis dan verifikasi. Singkirkan desas desus, olok-olok, hal yang tak penting dan pelintiran. Berkonsentrasilah pada apa yang benar dan penting. Verifikasi dan sintesis menjadi tulang punggung. Peran baru penjaga gerbang yang dimainkan jurnalis yaitu menjadi penyampai hal yang masuk akal.
Masyarakat butuh prosedur dan proses guna mendapatkan apa yang disebut kebenaran fungsional. Polisi melacak dan menangkap tersangka berdasarkan kebenaran fungsional. Hakim menjalankan peradilan juga berdasarkan kebenaran fungsional. Pabrik-pabrik diatur, pajak dikumpulkan, hukum dibuat, guru-guru, para dosen mengajarkan sejarah, mengajarkan ideologi, mengajarkan agama pada anak-anak sekolah. Semua ini adalah kebenaran fungsional. Namun, apa yang dianggap kebenaran senantiasa bisa direvisi. Hakim bisa keliru. Pelajaran sejarah, ideologi, bisa salah. Bahkan hukum-hukum ilmu alam pun bisa direvisi. Bukan kebanaran dalam tataran filosofis, tetapi kebenaran dalam tataran fungsional. Orang butuh informasi lalu lintas agar bisa mengambil rute yang lancar
Tidak tersedia versi lain