Text
Solitude
Pernahkah merasa bosan dengan dunia yang bergerak begitu cepat? Menjalani aktivitas yang monoton tanpa jeda. Berangkat pagi-pagi buta, pulang larut malam. Di rumah masih harus mengerjakan PR atau meneruskan pekerjaan kantor yang belum selesai.
Ketika libur tiba, teman-teman menanti dengan segudang acara sosialisasi: gowes, pengajian rutin, arisan, nongkrong di kafe atau mengikuti acara komunitas via media online.
Sebagai makhluk sosial, kebutuhan untuk bekerja, sekolah, atau berorganisasi menjadi keniscayaan. Dalam dunia kiwari yang penuh keterbukaan, menghabiskan waktu sendiri akan kelihatan aneh.
Acap dicap individual dan tidak umum. Padahal untuk mengatasi hidup yang penuh tekanan ini, menyediakan waktu untuk menyendiri alias solitude, bisa memberi efek positif bagi kesehatan batin. Agar tetap waras, kita perlu menyeimbangkan kebutuhan batin dan sosial.
Solitude biasa diartikan sebagai “kesendirian”. Secara terminologi, kesendirian adalah keadaan menyendiri tanpa merasa kesepian. Laku kesendirian ini secara positif mampu menimbulkan kesadaran diri.
Kesendirian adalah keadaan pengasingan atau isolasi, yaitu, kurangnya kontak dengan orang lain. Kondisi ini mungkin berasal dari hubungan yang buruk, kehilangan orang yang dicintai, pilihan yang disengaja,
penyakit menular, gangguan mental, gangguan neurologis atau keadaan pekerjaan atau situasi (misal terdampar di tempat asing). Kesendirian jangka pendek sering dinilai sebagai saat-saat seseorang bisa bekerja, berpikir atau beristirahat tanpa terganggu.
Yang mungkin diinginkan demi privasi. Kesendirian dan kesepian adalah dua hal yang berbeda. Dalam pengertian ini, kedua kata tersebut mengacu pada kegembiraan dan rasa sakit karena menyendiri.
Namun yang perlu digaris bawahi, kesendirian (solitude) memiliki makna yang berbeda dengan kesepian (loneliness). Kesendirian adalah keadaan menyendiri tanpa kesepian dan dapat mengarah pada kesadaran diri. Di sisi lain, kesepian ditandai dengan rasa terasing (terkucil).
Tidak tersedia versi lain