Text
Padusi Minang Perantaun dalam Pernikahan Antarbudaya
Seiring dengan kemajuan zaman dan perkembangan yang terjadi dalam tatanan kehidupan masyarakat Minangkabau, kehidupan para padusi (perempuan) Minang pun mengalami banyak perubahan. Namun, ada satu hal yang abadi, yaitu posisinya dalam struktur adat dan penerus garis keturunan (matrilineal). Ini adalah bentuk keistimewaan perempuan yang berasal dari Minangkabau, yang mungkin tidak dimiliki oleh perempuan lain dari suku lainnya di Indonesia, yang membuatnya dipanggil sebagai bundo kanduang, sumarak di kampuang, limpapeh rumah nan gadang. Meskipun saat ini sudah banyak padusi Minang yang meninggalkan kampung halaman, pergi merantau ke daerah lain dengan berbagai tujuan, khitahnya sebagai ibu, yang menjaga nilai-nilai adat dan budaya Minangkabau, tak lekang oleh kemajuan zaman. Di tanah rantau, mereka menjalani kehidupan baru, yang menuntut mereka untuk beradaptasi dengan beragam budaya yang berbeda, juga memberikan peluang untuk mendapatkan pasangan hidup yang berbeda budaya. Pernikahan yang dijalani dalam dua budaya yang berbeda di perantauan menimbulkan berbagai pengalaman yang unik dan istimewa dalam kehidupan padusi Minang. Perjuangan mereka tidak bisa dilepaskan dari kemampuannya untuk beradaptasi daengan lingkungan rantauannya, tetapi tetap menjaga muruahnya sebagai penerus nilai adat istiadat Minangkabau. Bagaimana mereka harus bisa “bermain-main” dengan gaya bahasa dan berempati pada budaya pasangan, tetapi tetap berusaha untuk meneruskan nilai-nilai budaya Minangkabu. Tak jarang dalam proses ini, padusi Minang harus menurunkan egonya dan sebijak mungkin memilih serta memilah berbagai hal agar tetap berada dalam pernikahan yang harmonis.
Tidak tersedia versi lain